Kamis, 29 Agustus 2019

Risalah Cinta Sang Musafir Cinta



Risalah Cinta Sang Musafir Cinta
by : Aisyah Nur Hasanah

Suatu masa aku pernah melayangkan binar harapan kepada sang pemilik cinta. Aku pernah mengadukan berjuta rasa yang sesak dan bergejolak  memenuhi relung jiwa. Mengalir mengikuti aliran nadiku, terbawa bersama aliran nafasku.
Cinta,,,, Ya,,, rasa itu bernama cinta. Cinta kasih seorang pemilik cinta kepada yang dicintainya. Ia adalah keinginan yang tidak akan berkurang meskipun kepanasan, dan tidak akan hilang walaupun kedinginan. Ia adalah ketenangan tetapi gelisah, kegelisahan tapi tenang. Ia begitu mempesona sehingga mampu membius segala yang di singgahinya. Ia adalah keindahan. Keindahan yang begitu menawan hati. Terkadang, ia adalah kecemasan dan ketakutan yang membuat hati bergetar, ibarat seorang tawanan yang bertemu penawannya. Tapi bagiku cinta adalah permata. Sebab cahanya berbinar dalam setiap sisi kehidupan.
Apabila cinta bertahta, maka hati akan bergetar karena kekuatan cinta. Apabila cinta beradu, maka jiwa akan bergejolak karena kedahsyatan cinta.
Aku hadir mengunjungi malamku, dengan membawa sebongkah asa dan tumpukan rahasia yang tertuang dalam sebait do’a. Aku tak mungkin mengunjunginya kecuali untuk memadu kasih dengan sang pemilik cinta, agar memberiku cinta yang sesungguhnya. Pandanganku mengikuti arah jam malam yang semakin cepat berputar. Tertunduk lesu diatas bentangan sajadah di penghujung malam.
Aku masih begitu ingat saat pertama kali pandangan ini tertuju pada sesuatu yang amat asing bagiku. Berselancar bebas tanpa menghiraukan apa yg terjadi disekelilingnya. Aku masih heran, mengapa mata ini hanya terpaku pada dirimu, sedangkan mereka juga ada disekitarmu. Pandanganku mengikuti arah kau berlari dan tak ada yg mampu menghalangi. Aku masih bertanya padahal jawaban itu adalah nyata yang sudah terjadi. Kusibakkan pandanganku. Kualihkan dengan lantunan dizkir sebab penyesalan. Penyesalan memandang yang tidak sepantasnya dipandang.
Kau tau,...?? Sejak saat itu rindu ini kian menggebu. Merindukan seseorang yang belum jelas batang hidungnya. Seseorang yang masih abu dalam selayang pandangku dan tak pernah terbesit sedikitpun dalam fikiranku. Aku heran, kenapa ingatan ini selalu tertuju kepadamu. Selalu berkelana menjelajahi alam bawah sadarku. Selalu mengintai disetiap keadaan diriku. Aku mengadukannya pada sang pemilik cinta, disela-sela sujud panjangku. Apa yang sebenarnya tengah terjadi pada diriku?? aku termenung menunggu jawaban. Sempat tak kuat dengan rasa yang terpendam.
 Sebagian orang mengatakan diriku aneh. Mencintai seseorang yang hanya sebatas fatarmorgana di sekelebat pandangan. cinta tanpa adanya pengenalan pada pensifatan keumuman asmara. Cinta tanpa adanya pengetahuan pada objek yang dicinta. Ah entahlah,... mengapa rasa ini semakin kuat.  Rindu ini semakin menghantam qalbu, bergejolak dalam relung sanubariku. Aku berusaha menepisnya, tetapi ia semakin membara. Apabila ku rasakan hangatnya cinta dalam hati, akan kucari curahan hati untuk mendinginkannya. Ku tumpahkan padanya dingin air yang murni.
            Dan masa itu tiba. Masa yang tidak ku sangka datang menghampiriku dengan senyumannya yang anggun. Menyapaku di biasan cakrawala senja hari. Kau hadir dalam sejarah panjang perjalanan hidupku. Tak akan ada yang mennyangka, dirimu adalah jawaban dari bait terdalam doa-doa ku. Pertemuan itu, ya pertemuan itu menggetarkan seluruh jiwa ragaku. Mungkin, saat itu aku harus sedikit memutar otakku dan berusaha memahami apa yang sebenarnya terjadi.
Pernyataan yang keluar dari bibirmu, membuatku ku semakin tak kuasa. Air mata ini mengkristal dan mengeluarkan butirannya secara tiba-tiba. Aku tersentuh cinta dirimu. Terbius rasa akan kebersahajaaanmu.
Sang pemilik cinta telah memberikan kenikmatan haiqiqi pada pendamba cinta. Sungguh indah arti kesabran, manakala kusaksikan sanubarimu yang menawan. Pengakuan cintamu yang syarat akan pengharapan. Syukurku atas karunia yang menghampiri musafir malam. Menyentuh permukaan sampai dinding-dinding harapan. Kutemui dan kuhampiri dirimu dengan segenap ketaatan yang bertabur cinta. Agar pemberi cinta menguatkan rasa ini hingga ke mahligai keridhoan-Nya.















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hujan di Awal Oktober

mendung menggantung sedari malam menggulita, rinai tak mau kalah menjatuhkan ke tanah pertiwi. menyapa shubuh berbalutkan kedinginan. oh.. b...